Saat itu, saya pergi ke Bernardi untuk beli beberapa minuman. Saat melewati PLN, ada anak yang menyapa saya dan memanggil dengan nada kasar.
Anak1: Oy, kamu yang pake sepatu hitam jelek. Sini kamu!!!
Saya merasa bahwa saya pakai sepatu hitam jadi saya menoleh. Eh, ada orang yang pake sepatu hitam juga menoleh ke anak itu.
Orang asing: Apa? kamu mau cari masalah sama saya? sini, biar saya urus kamu!!!
Anak1: Nggak pak, saya nggak memanggil anda, saya manggil anak itu tuh!! (sambil nunjuk ke saya)
Saya: Mau apa kau nunjuk-nunjuk aku?
Anak1: Bentrok yuk?
Saya: Eh, tadi kamu manggil aku sepatu hitam jelek ya? Mikirlah kawan, mikir!!! Ini sepatu nggak murah, mending aku sepatu, kamu? sandal jepit
Si anak melihat sandalnya. Dan menoleh saya lagi
Anak1: Biarin, ini sandal mahal.
Saya: Eh, sandalmu itu murahan, nggak ada merknya. Sepatu saya nih, Tomkins yo kan? Ini sepatu bagus. Harga sepatu saya ini, 1 sepatu saya=10 sandal anda
Anak1: Kok bisa?
Saya: Berapa harga sandal anda?
Anak1: Rp. 15.000
Saya: Sepatu saya harganya Rp 300.000. Bisa jadi, sandalmu saya beli 30 pasang. Itu aja masih kembali lombok 2,5 kilo. Hayo?
Anak1: Saya ada 20 pasang sandal di rumah. 10.000x20=200.000 Terus.....
Saya: Terus apa? Saya ada 5 pasang sepatu di rumah. Hitung itu dan buat pr!!! Kalo masih ngotot, ayo kumpulkan semua temanmu yang punya sandal, dan saya kumpulkan teman saya yang punya sepatu Tomkins? Gimana, kita jumlah dan yang paling besar harganya, akan kalah dan diambil barangnya. Setuju?
Anak1: Nggak!!
Saya: Ya sudah, pulanglah dan belilah sepatu Tomkins. Saya mau beli minuman dulu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar